<!-- --- HEADER selesai --->
Ancaman Petir Perlu Diwaspadai
Akibat sambaran petir, seorang anak di Depok tewas. Siang itu cuaca mendung dan hujan gerimis. Di dalam rumah, anak laki-laki itu sedang menonton televisi bersama anggota keluarga lain. Tiba-tiba kilat menyambar antena televisi dan masuk ke dalam rumah.
Petir terjadi karena ada pergerakan vertikal di udara. Pergerakan vertikal ini menyebabkan pemisahan muatan elektro negatif dan elektro positif. Pemisahan muatan ini pada akhirnya akan menimbulkan loncatan muatan diudara yang disebut petir.
Petir biasanya muncul pada saat hujan atau ketika hujan sudah turun. Namun, bukan berarti setiap hujan dan mendung akan selalu disertai petir. Menurut pengajar pada Program Study Meteorology ITB, Tri Wahyu Hadi, petir hanya terjadi jika ada awan Cumulonimbus (Cb).
Awan Cumulonimbus adalah awan yang terjadi sangat cepat akibat pemanasan tinggi di permukaan bumi. Pemanasan di permukaan bumi ini mendorong uap air naik keatas dengan cepat. Olehkarena itu, ciri-ciri awan Cumulonimbus adalah bentuknya menggumpal seperti kapas dan membumbung tinggi di langit.
dari kejauhan awan Cumulonimbus penghasil petir mudah dikenali. Namun kalau orang tepat dibawahnya, keberadaan awan ini agak sulit dideteksi. Syarif Hidayat, pengajar Teknik Elektro dan Informatika ITB yang juga dikenal sebagai ahli petir, mengatakan, kalau tiba-tiba langit berubah menjadi gelap dan angin sedikit kencang, berarti kita berada dibawah Cumulonimbus.
kalau sejak pagi sudah turun hujan, bisa dipastikan petir tidak akan muncul. Ini disebabkan kondisi permukaan bumi tidak cukup panas untuk membentuk awan petir.
Syarif mengatakan, petir di Indonesia sebagain besar aktif menyambar pada siang dan malam hari. Sambaran petir didaratan paling banyak terjadi diantara pukul 13.00 hingga pukul 19.00. pada periode tersebut pemanasan didaratan sudah mencukupi untuk membentuk awan Cumulonimbus.
Namun di lautan petir justru terjadi pada pagi hari.Pada pagi hari laut lebih panas daripada daratan sehingga uap air di lautan naik keatas dan bisa membentuk awan petir.
Jumlah petir di darat tujuh kali lebih banyak dibandingkan di lautan, ungkap Syarif.
Syarif menambahkan, potensi terjadinya awan Cumulonimbus bisa diprediksi. Kalau pagi hari terasa panas dan kelembabannya tinggi, siang hari pasti ada awan Cumulonimbus. Karena dipengaruhi pemanasan daratan, kemunculan awan ini bersifat lokal.
"Itulah sebabnya keberadaan petir juga sangat lokal. Disatu tempat bisa banyak petir, sementara di tempat lain jarang terjadi petir,"kata Syarif. Sat sel awan penghasil petir bisa berkumpul dalam radius lebih kurang tujuh kilometer.
NEGARA PETIR
Indonesia terletak di negara tropis yang sangat panas dan lembab. Kedua faktor ini sangat penting dalam pembentukan awan Cumulonimbus penghasil petir. Dibandingkan dengan negara lain, Indoensia memiliki hari guruh (hari terjadinya petir dalam setahun) yang sangat tinggi.
Indonesia memiliki 200 hari guruh, sementara Brasil 140 hari, Amerika Serikat 100 hari dan Afrika Selatan 60 hari. Daerah Cibinong, Jawa Barat, pernah tercatat pada Guinnes Book of Records pada tahun 1988 dengan jumlah 322 petir per tahun.
Kerapatan sambaran petir di Indonesia juga sangat tinggi yaitu 12/km2/tahun. Ini berartisetiap luas area 12 km2 berpotensi menerima sambaran petir sebanyak 12 kali setahun.
Petir bisa terjadi dari awan ke awan, daria wan ke bumi maupun dari bumi ke awan. Namun yang terakhir ini jarang terjadi di Indonesia. Yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah dari awan ke awan dan sebagaian lagi adalah petir yang menyambar dari awan ke Bumi.
Besarnya medan listrik minimal yang dihasilkan oleh petir bisa mencapai 1 juta volt per meter. Bayangkan apa jadinya kalau petir itu menyambambar makhluk hidup yang ada di Bumi. Menurut Tri Wahyu, potensi kekuatan petir yang menyambar akan berkurang jika awan sudah terjadi guruh-guruh kecil.
Sambaran petir ke bumi sangat dipengaruhi kondisi sesaat yang ada di permukaan bumi. Olehkarena itu nyaris tidak pernah bisa memastikan petir itu akan sampai dimana. Menurut Syarif semua bentuk permukaan bumi bisa menyambut petir yang datang dari awan.
Obyek yang tersambar petir di bumi tergantung dari besar kecilnya pelopor petir yang datang ke Bumi. Kalau pelopor petir itu besar, akan menyambar obyek-obyek yang menonjol seperti penangkal petir, menara, pohon dan gedung tinggi.
Kalau pelopor petirnya kecil akan menyambar obyek-obyek yang lebih rendah. Menurut Syarif, petir kecil ini sulit ditangkap dengan alat penangkap petir karena gerakannya lebih lincah.
(Sumber : Kompas, Minggu 11 Maret 2007)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar